Home » KTI » Konservasi » Valuasi Ekonomi Wisata Bahari Objek Wisata Ora Beach

Valuasi Ekonomi Wisata Bahari Objek Wisata Ora Beach

Oleh: Agussalim

Pendahuluan

antik di OraPemanfaatan sumberdaya agar bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat dilakukan dengan berbagai cara. Seiring berjalannya waktu pola pemanfaatan mengalami perkembangan dari pola konvensional (tradisional) ke pola pengelolaan modern. Pengelolaan setiap sumberdaya tentu saja akan memberi dampak ekonomi kepada para pihak pengelola maupun objek yang dikelola (sumberdaya yang bersangkutan). Sejauh mana dampak tersebut dirasakan, dipengaruhi oleh sebesar apa pelibatan para pihak di dalam pengelolaan tersebut. Selain dampak ekonomi, tentu saja ada pula dampak social dan biologi terhadap objek (yang bisa juga dikonversi dalam nilai ekonomi sumberdaya).

Ora Beach is a beautiful destination, sebuah objek wisata pantai di pesisir yang memiliki keindahan alam yang sangat menawan. Objek wisata ini terletak di Teluk Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Tempat ini begitu menawan dengan pantulan warna biru kehijauan dari air lautnya yang merupakan paduan warna air laut dan pantulan cahaya dari terumbu karang yang tersebar luas sampai di pinggir pantainya yang berpasir putih bersih. Dari jarak tidak terlalu dekat pandangan kita akan disejukkan pula oleh pantulan bayangan gunung batu dengan pepohonan hijau yang menjulang kokoh setinggi sekitar 500m (di atas permukaan laut) di pinggiran teluk. Keberadaan resort yang mengambil model rumah penduduk lokal yang dibangun di atas air menyempurnakan keindahan destinasi ini. Kesan eksotik semakin sempurna dengan ketenangan perairan teluk yang seperti tak berombak karena terlindung daratan teluk Saleman.

teluk sawaiDi sebelah Utara Ora Beach terdapat Teluk Sawai yang merupakan sebuah destinasi wisata yang dikenal sampai di daratan Eropa. Di sebelah Timur Ora Beach terdapat Taman Nasional Manusela yang merupakan wilayah hunian burung endemik Maluku dan merupakan kawasan rehabilitasi burung-burung khas Maluku yang hampir punah. Sebelah Selatan dan Baratnya terdapat pemukiman penduduk Negeri Saleman yang juga memiliki banyak sumberdaya yang bisa menjadi objek wisata seperti Gua yang dalam dan pemandangan jutaan burung kelelawar yang terbang dari gerombolan keluar dari gua menjelang sore dan pulang saat subuh tiba.

 

Ora Beach Objek Wisata Bahari Potensial

Ora yang indahOra Beach memiliki sumberdaya yang kaya dan beragam, yang terdapat pada beberapa ekosistem di dalamnya. Mulai dari atas terdapat ekosistem rawa dengan berbagai satwa dan pepohonan di dalamnya. Lebih ke arah laut terdapat ekosistem pantai berpasir yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan hutan pantai dan pantai pasir putih yang bersih. Lebih ke bawah lagi terdapat ekosistem lamun yang bersisian dengan ekosistem terumbu karang. Pada kedua ekosistem tersebut juga terdapat beragam organisme baik flora maupun fauna.

Pantai Ora Beach banyak ditumbuhi pepohonan jenis bintanggor, pule, malapeong, dan juga pohon beringin. Pada pantainya yang berpasir putih bersih ditemukan kulit-kulit kerang. pada daerah padang lamun terdapat banyak tumbuhan lamun yang tidak terlalu tinggi dari jenis enhalus, juga terdapat organisme Echinodermata seperti bintang laut, dan dari Holotruidea yaitu teripang. Pada ekosistem terumbu karangnya ditemukan berbagai jenis karang dan ikan-ikan karang serta ikan hias air laut. Juga terdapat gastropoda, dan Echinodermata jenis bintang laut.

Valuasi Ekonomi Wisata Bahari Ora Beach

teluk saleman

Karena keindahannya yang sangat menawan maka tempat ini kemudian dikelola menjadi objek wisata. Menurut keterangan warga, Ora sudah memiliki resort sejak tahun 1997. Selama sekitar 15 tahun, ternyata objek wisata ini belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan terutama wisatawan domestic. Kemungkinan sebagian alasannya adalah bahwa objek wisata ini hanya bisa dicapai lewat jalur laut melalui Teluk Saleman atau Teluk Sawai. Selain itu kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya adalah bahwa selama ini objek wisata ini dikelola perorangan dan hampir tidak melibatkan masyarakat di dekat objek wisata. Lokasi wisata ini juga jauh dari pemukiman penduduk.

Esensi valuasi ekonomi sumberdaya perairan ialah teori ekonomi sebagai dasar dalam mengestimasi manfaat yang sesuai dalam nilai manfaat suatu sumberdaya perairan. Demikian juga pengukuran nilai ekonomi didasarkan pada apa yang diinginkan masyarakat terutama menyangkut preferensi mereka.

Defenisi sumberdaya juga terkait pada 2 (dua) aspek yaitu :

Aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan.

Misalnya : resort pada objek wisata, tenaga kerja dan fasilitas transportasi.

Aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan.

Misalnya : aspek kelembagaan yang menentukan pengaturan siapa yang boleh mengelola objek wisata tersebut

Kerangka Valuasi Ekonomi (Penilaian Ekonomi) Sumberdaya Perairan

Nilai Ekonomi (Economic Value) sumberdaya dibagi kedalam 2 (dua) bagian, yaitu :

  1. Nilai pakai atau Nilai Kegunaan (Use Value) dan
  2. Bukan nilai kegunaan atau Nilai Non-Kegunaan (Non Use Value).

Komponen pertama, nilai pakai atau Nilai Kegunaan Total (Total Use Value) merupakan penjumlahan dari nilai-nilai Pemanfaatan Secara Langsung Total (Total Direct Use Value), nilai-nilai pemanfaatan secara tidak langsung (Total Indirect Use Value), nilai-nilai pilihan (Option Value). Nilai-nilai pemanfaatan secara langsung (Total Direct Use Value) merujuk pada penjumlahan nilai-nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung atau dari interaksi dengan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam.

Nilai-nilai pemanfaatan secara tidak langsung (Indirect Use Value) merujuk pada nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya dan lingkungan.

Komponen kedua, Nilai Non-Kegunaan atau Bukan Nilai Kegunaan (Non Use Value) sebagai nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam seperti kepuasan individu akan komunitas keberadaan sumberdaya walau tanpa adanya keinginan untuk memanfaatkannya. Secara detail, Fausi (2005) mengkategorikan Non Use Value ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

ora beach maluku

1. Nilai manfaat pilihan (Quasi-Option) lebih diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, Quasi-Option juga merupakan nilai pemeliharaan sumberdaya, sehingga pilihan untuk pemanfaatan masih tersedia untuk masa yang akan datang.

2. Nilai perhala atau amal (Bequest Value) diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan (Bequest) sumberdaya untuk generasi mendatang (yang belum lahir). Bequest Value diukur berdasarkan alam dan lingkungan untuk generasi mendatang (Fauzi 2005).

3. Nilai Manfaat Keberadaan (Existence Value) didefinisikan sebagai manfaat yang dirasakan masyarakat dari keberadaan ekosistem yang diteliti setelah kedua nilai manfaat (Use Value dan Option Value) dihilangkan dari analisis.

Dengan demikian, total nilai ekonomi sumberdaya yang menyeluruh (Total Economic Value/TEV) adalah nilai ekonomi total yang merupakan penjumlahan dari Nilai Pakai atau Nilai Kegunaan Total (Total Use Value) dan Bukan Nilai Pakai atau Bukan Nilai Kegunaan (Non Use Value) beserta komponen-komponennya.

Melalui pendekatan teoritik di atas kemudian kita berusaha melihat realitas di Objek Wisata Bahrai Ora Beach yang diperoleh melalui pengisian data questioner lewat wawancara dengan beberapa pengunjung pada hari Minggu tanggal 10 Februari 2012.

Responden 1

Dari beberapa responden, melalui wawancara langsung, diperoleh beberapa keterangan tentang valuasi ekonomi wisata bahari di Ora Beach. Responden pertama adalah seorang pria berusia 28 tahun yang berasal dari Jogjakarta dan bekerja di Ambon. Namanya Lukas, seorang apoteker yang bekerja di bidang kesehatan swasta di kota Ambon. Dia mengaku bahwa motivasi kunjungan ke Ora adalah murni berwisata dan pada saat wawancara berlangsung ini merupakan kali pertama dia ke Ora Beach. Dia mengunjungi Ora karena tertarik dengan pemandangan alamnya yang indah yang diketahuinya dari teman seprofesi. Dan pada saat ia melihat langsung keindahan alamnya dia terkagum-kagum dengan keindahan alam dan terumbu karangnya. Menurutnya dia setuju jika Ora Beach dikelola dengan konsep ekowisata. Secara fisik menurut Lukas pemandangan alam di Ora Beach sangat indah, dengan kondisi terumbu karang yang cukup baik, dan fasilitas wisata yang cukup, meskipun menurutnya akses jalan ke lokasi ini sulit. Kemanan dan kenyamanan lokasi menurutnya juga cukup. Aktifitas yang paling disukai oleh Lukas di Ora Beach adalah menyelam (snorkeling). Dia berencana dalam lima tahun ke depan dia bisa mengunjungi Ora Beach sekitar 4-5 kali lagi.

Willingness to Pay Responden 1

Menurut Lukas dia bersedia membayar objek wisata yang dia nikmati di Ora Beach. Menurutnya seharusnya dana masuk wisata di tempat ini dibayarkan melalui karcis tanda masuk yang berkisar 5.000-10.000 per orang, yang peruntukannya adalah pemeliharaan kebersihan dan keamanan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Pada kenyataannya memang tidak terdapat bea masuk lokasi objek wisata ini. Dan Lukas bisa mencapai lokasi ini melalui layanan pengelola resort di Ora Beach yang dijual dengan paket yang di dalamnya inklud biaya transportasi, konsumsi, akomodasi dan seluruh biaya-biaya lainnya sejak dari Kota Ambon sampai di lokasi dan pulang kembali ke kota Ambon dalam jangka waktu sesuai dengan paket yang dipilihnya. Menurutnya paket seharga 2,1 juta rupiah sudah cukup untuk menikmati Ora Beach selama sehari semalam.

Responden 2

Responden kedua adalah Arif Ibnu Hamdiyah seorang pria 37 tahun yang juga berasal dari Jogjakarta. Dia seorang lulusan pascasarjana yang sedang bekerja (staf ahli) di PT. WIKA dengan income sekitar 5-20 juta/bulan yang sedang bertugas di Ambon.

Arif mengaku bahwa motivasi kunjungan ke Ora adalah liburan dan pada saat wawancara berlangsung ini merupakan kali pertama dia ke Ora Beach. Dia mengunjungi Ora sebagai tujuan utamanya. Arif tertarik dengan pemandangan alam Ora yang indah yang diketahuinya dari temannya. Menurutnya yang paling menarik di objek wisata ini adalah keindahan alam dan terumbu karangnya. Dia setuju jika Ora Beach dikelola dengan konsep ekowisata. Secara fisik menurut Arif pemandangan alam di Ora Beach sangat indah, dengan kondisi terumbu karang yang sangat baik, dan fasilitas wisata yang memadai, meskipun menurutnya akses jalan ke lokasi ini sulit. Kemanan dan kenyamanan lokasi menurutnya juga sangat baik. Aktifitas yang paling disukai oleh Arif di Ora Beach adalah menikmati pemandangan alam. Dia berencana dalam lima tahun ke depan dia bisa mengunjungi Ora Beach sekitar 1-3 kali lagi.

Willingness to Pay Responden 2

Menurut Arif Ibnu Hamdiyah dia bersedia membayar objek wisata yang dia nikmati di Ora Beach. Menurutnya seharusnya dana masuk wisata di tempat ini dibayarkan melalui karcis tanda masuk yang berkisar 20.000-50.000 per orang, yang peruntukannya adalah perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Pada kenyataannya memang tidak terdapat bea masuk lokasi objek wisata ini. Arif mencapai lokasi ini bersama teman-temannya dengan mengeluarkan biaya transportasi sebesar 3 juta rupiah (dua mobil) dari Ambon. Di lokasi wisata Ora Beach Arif bersama teman-temannya menyewa resort dengan tarif Rp. 400.000/ kamar permalam. Untuk konsumsi mereka sudah menyiapkannya sebelum berangkat karena tidak membeli paket wisata dari pengelola resort. Biaya-biaya lainnya selama perjalanan sekitar Rp. 250.000.Perlu diketahui bahwa di Ora Beach tidak terdapat kios ataupun warung makan, hanya terdapat resort dengan fasilitas penginapan dan akomodasi di dalamnya.

Responden 3

Responden ketiga bernama Fauzan 39 tahun yang berasal dari Jawa Barat. Fauzan berprofesi sama dengan Arif Ibnu Hamdiyah, yang juga bekerja pada PT. Wijaya Karya yang sedang mengerjakan proyek di Kota AmbonMaluku. Keterangan yang diperoleh dari Fauzan terkait dengan Ora Beach sama dengan keterangan dari Arif. Menurutnya mendatangi Ora Beach lebih hemat dengan rombongan dan membawa kendaraan sendiri. Hanya saja sayangnya di Ora Beach belum ada masyarakat sekitar yang terlibat dalam bentuk menjual penunjang wisata seperti penginapan, rumah/warung makan dan penjual pernak-pernik berbau Ora Beach.

 

Bagaimana Seharusnya Ekonomi Wisata (Ekowisata) Bahari Ora Beach

Dari keterangan responden dapat disimpulkan bahwa Ora Beach sebagai sebuah objek wisata yang sangat menarik meskipun mencapainya hanya bisa lewat laut sebaiknya dikelola oleh pemerintah kabupaten dengan lebih baik lagi. Dalam pengelolaan perorangan (kawasan dikontrak oleh pengusaha/investor), tidak melibatkan masyarakat lokal (sekitar/dekat dengan objek wisata).

Tiadanya pelibatan tersebut otomatis berdampak pada tidak dirasakannya efek finansial (ekonomi) dari keberadaan objek tersebut oleh masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Ambodalam Agussalim (2013) ada beberapa prinsip pengembangan Ekowisata yang harus dipenuhi yaitu :

pertama, mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap bentang alam dan budaya masyarakat lokal. Pencegahan dan penanggulangan dampak harus dapat disesuaikan dengan sifat dan karakter bentang alam dan budaya masyarakat lokal. Dua, mendidik atau menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal akan pentingnya konservasi. Tiga, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan pajak konservasi dapat digunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatan kualitas kawasan pelestarian.

Empat, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan ekowisata. Lima, keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata harus dapat mendorong masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kawasan pesisir dan laut.Enam, semua upaya pengembangan, termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas, harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Bila terdapat ketidakharmonisan dengan alam, hal itu akan merusak produk Ekowisata yang ada.

Tujuh, pembatasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya dukung ekosistem secara alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan. Delapan, apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk Ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proporsional dan adil untuk pemerintah pusat dan daerah.

Kegiatan Ekowisata harus dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengembangan Ekowisata perlu dilakukan analisis terhadap kondisi social-ekonomi masyarakat agar dapat dikenali kekuatan dan kelemahan yang ada dalam masyarakat, sehingga dapat diketahui apa yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan Ekowisata.

Aspek kelembagaan, baik pemerintah maupun masyarakat, juga perlu dianalisis agar tidak menjadi hambatan dalam pengembangan Ekowisata. Demikian pula dengan sarana wilayah seperti jalan, listrik, air bersih, dan lain-lain harus tersedia agar kegiatan Ekowisata dapat berkembang dengan baik. Di Ora Beach hanya terdapat penerangan dari genset resort, juga terdapat sumber air tawar yang bersih tetapi baru dikelola sebatas untuk mandi dan mencuci. Untuk kebutuhan air minum masih mengandalkan air minum kemasan yang dibawa dari luar kawasan wisata tersebut.

 

Referensi

Tuwo Ambo, 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan laut, Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional, Surabaya.

Agussalim, 2013. Program Ekowisata Bahari Solusi Pemberdayaan Masyarakat serta Konservasi Pesisir dan Laut. www.bp3ambon-kkp.org

Fauzi, 2005. Ekonomi Sumberdaya

Baca Juga

MEMBANGUN KETANGGUHAN MASYARAKAT MENGHADAPI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI MALUKU

Oleh : Agussalim (Trainer dan Penggerak Konservasi Kawasan Timur Indonesia) I. Mengenal Maluku Dan Prediksi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *