Home » KTI » Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)

Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)

Oleh : Fajar Ren-El, S.Pi, M.Si

Lakudo adalah ibu kota kabupeten Buteng Tengah yang baru di mekarkan pada tahun 2014 oleh pemerintah pusat dari Kabupeten induk di Bau-Bau. Kabupeten Buton Tengah memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 2.488,71 km2 atau 248.871 ha dan wilayah laut diperkirakan seluas kurang lebih 21.054 km2. Wilayah Kabupeten Buton Tengah berbatasan dengan Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana di Utara, Laut Flores di Selatan, Teluk Bone di Barat dan Selat Buton di Timur. Lakudo dikelilingi oleh lautan  dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah nelayan tangkap Kepiting Rajungan menggunakan Bubu Rajungan yang dibeli dengan harga Rp.20.000/buah. Alat tangkap lain yang digunakan oleh masyarakat nelayan adalah Jaring Insang (Gill Net). Setiap nelayan  memiliki 100 – 200 unit bubu Rajungan yang dioperasikan di teluk Lakudo dengan menggunakan umpan ikan Samandar. Foto Bubu Rajungan dapat di lihat berikut ini.

    

Ada dua jenis kepiting yang memiliki nilai komersial yakni kepiting Bakau dan Rajungan. Rajungan lebih umum hidup di daerah berpasir dan air laut jernih. Daging rajungan terasa manis dan lebih empuk serta gurih. Rajungan banyak diminati karena lezat dan menyehatkan dan hargnya relative mahal. Penangkapan Rajungan yang berlebih tak lepas dari besarnya permintaan untuk eksport antara lain ke Amerika Serikat, Australia, Kanada dan beberapa Negara Eropa. Meskipun mengandung Cholesterol makanan ini rendah kandungan lemak jenuh, merupakan sumber protein Vitamin B12, Phosphorous, Zinc, Copper dan Seleium yang sangat baik. Ciri ciri fisik kepiting Rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar, capitnya pun lebih panjang dari betina. Warna dasar pada jantan adalah kebiru biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina warna dasar kehiujau hijuan dengan bercak keputihan yang agak gelap. Sejak tahun 1973 dinegara tetangga Rajungan merupakan hasil laut yang penting dalam sector perikanan. Kepiting Rajungan dapat dilihat pada Foto berikut.

   

            

Rajungan banyak diminati oleh konsumen, dengan potensi laut Kepiting Rajungan yang benyak maka nelayan di Kabupaten Buteng Tengah melakukan operasi penangkapan. Hasil tangkapan perunit tangkapan Bubu ukuran  normal di Teluk Lakudo bisa mencapai 3 – 4 ekor Kepiting Rajungan dengan berat rata-rata 200-250 grm/ekor. Jika seorang nelayan mengoperasikan 100 unit Bubu dan mendapatkan kepiting Rajungan rata-rata tertangkap sebanyak 3 ekor tiap bubu,  maka hasil  yang diperoleh setiap nelayan adalah 100 x 3 = 300 ekor/orang = 300 ekor x 10 gram maka setiap nelayan bisa mendapatkan 3.000 gram x Rp. 2.000 = Rp.6.000.000/orang dalam operasi penangkapan setiap harinya. Jika jumlah seluruh nelayan aktif di Lakudo sebanyak 50 orang maka 50 x 100 unit bubu = 5.000 unit x 3 ekor kepiting tertangkap = 15.000 ekor kepiting tertangkap tiap harinya. Jika dalam 1 bulan dilakukan operasi penangkapan  sebanyak 18 hari maka 15.000 ekor kepiting x 18 hari = 270.000 ekor x Rp.2.000,-  = Rp. 540.000.000,- / bulan, jika  dikalikan 6 bulan maka 15.000 ekor x 108 hari = 1.620.000 ekor x Rp. 2.000 = Rp.3.240.000.000,-.

Waktu Setting  (penurunan ) Bubu di mulai pada pukul 17.00 WIT – 18.00 WIT. Bubu diturunkan dengan dipasang umpan terlebih dahulu. Bubu diletakan dengan sistim longline dan dipasang pelampung tanda untuk memudahkan proses Haulling (pengangkatan) kembali. Kedalaman laut berkisar antara 15-20 m. Setelah itu nelayan kembali ke fishing base ( tempat berangkat) untuk beristirahat. Bubu Diletakan di daerah sekitar terumbu karang yang ada ikan dan Lobster. Pintu Bubu diletakan  penghadap pada tempat keluar masuknya ikan di terumbu karang. Pada Bubu diberi umpan agar ikan dan Lobster dapat memakan umpan di dalam Bubu sehingga bisa terperangkap. lama soaking (perendaman) bubu bisa 1-2 hari di dasar laut.

Setelah lama beristirahat nelayan kembali ke fishing ground untuk melakukan Haulling (pengangkatan) Bubu pada pukul 05.00 – 06.00 pagi hari. Selanjutnya Bubu di tarik dalam kapal secara perlahan  dan bila ditemukan adanya kepiting maka, kepiting di keluarkan dan di isi pada box  es untuk penyimpanan. Selanujtnya kapal menuju fishing base (tempat berangkat) dan setelah tiba di pelabuhan di bawah ke darat untuk di jual kepada nelayan pengumpul Rajungan. Kemudian nelayan pengumpul menjualnya  ke perusahan terdekat yaitu di kota Kendari.

Kini ukuran dan jumlah kepiting Rajungan semakin hari semakin rendah. Hal ini terbukti dengan berkurangnya hasil tangkapan, size yang kecil dimana hasil tangkapan Kepiting Rajungan  saat ini dalam 1 unit bubu terdiri 5 -7 ekor, dulu hanya 3-4 ekor. Jika dibandingan antara hasil produksi nelayan dan jumlah kelahiran Rajungan maka ditemukannya adanya perbedaan mendasar karena jumlah yang di tangkap dengan lebih banyak dari angka kelahiran kepiting Rajungan dan rata-rata kepiting Rajungan yang ditangkap berada dalam usia matang gonad sehingga dikhawatirkan hilangnya kepiting Rajungan di Laut kabupaten Buton Tengah.

Dengan adanya permasalahan ini maka perlu adanya peraturan daerah untuk membatasi ukuran kepting Rajungan hasil tangkapan dan jumlah alat tangkap serta  penutupan sementara arel Fishing ground oleh pemerintah Kab. Buton Tengah. Perlu dilakukan  pelatihan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Rawai  Tuna dan Bubu ikan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat nelayan Desa Lakudo Kab. Buton Tengah dan pelatihan Budidaya kepiting Rajungan agar tetap lestari.

Melihat kondisi ini maka Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon mengambil peran untuk mengatasi permasalahan tersebut. BPPP Ambon yang mempunyai wilayah kerja meliputi 5 Provinsi yang salah satunya adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tanggal 07-12 Agustus 2018 BPPP Ambon melakukan pelatihan Pembuatan dan Pengoperasian Bubu di Desa Lakudo Kab. Buton Tengah dimana nelayan belum bisa membuat Bubu Ikan 1 pintu (Foto 2) dan 2 pintu (Foto 3) dan Bubu Lobster (Foto 4). Melalui pelatihan ini BPPP Ambon yang diwakili oleh Fajar Ren-El, Sujud Tuanany  dan Anton Yadi menyampaikan kepada peserta agar beralih ke alat tangkap Bubu Ikan dan Lobster sebagai mata pencaharian baru karena Kepiting Rajungan sudah berada dalam kondisi Full exploited.

Gelar pelatihan pun dilaksanakan selama 6 hari. Peserta sangat antusias mengikuti pelatihan dan aktif membuat Bubu ikan dan Lobster. Selain membuat Bubu peserta melakukan praktek pengoperasian alat tangkap di Teluk Lakudo selama 1 hari. Dalam praktek pengoresian Bubu ini ditemukan adanya ikan dan Lobster yang tertangkap oleh Bubu yang di buat peserta. Selain pelatihan Bubu Ikan dan Lobster, BPPP Ambon juga melakukan praktek pembuatan Bubu Rajungan kepada peserta pelatihan seperti terlihat berikut.

                  

 

Saat penutupan pelatihan melalui pesan dan kesan peserta, peserta sangat berterima kasih kepada BPPP Ambon karena mereka sudah mendapatkan ilmu membuat Bubu ikan dan Lobster, dapat pengoperasikan dan mengetahui Fishing Ground dari ke-2 alat tangkap tersebut. Perwakilan peserta juga menyampaikan bahwa alat tangkap Bubu Rajungan mereka tidak bisa membuatnya sendiri melainkan membeli dari pedang pembuat Bubu Rajungan.

Harapan peserta semoga Pemerintah Kab. Buton Tengah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui BPPP Ambon tetap memperhatikan mereka di waktu yang akan datang baik melalui pelatihan dan bantuan modal usaha.

Baca Juga

Pelatihan Akbar alam Rangka Memperingati Hari Ulang Tahun ke 22 Kementerian Kelautan dan Perikanan

Memperingati Hari Ulang Tahun ke 22 Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPPP Ambon selaku UPT KKP …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *